Walau terasa diri sempurna,
kecacatan merata-rata,
kerna kita basyar semata,
tak bisa lengkap,
compang sini sana.
Terkadang kelemahan perit,
tak bisa tanggung hakikat,
diri tak sempurna mana,
jauh nian daripada mereka,
gembira dalam kulit sendiri.
Walau diri ingin bebas,
ingin berlari kejar angkasa,
namun batasan diri,
hakikat kejadian diri,
buat diri bingung terkedu,
bikin hati rawan minda pusing,
sendiri membawa diri sepi.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Thursday, 26 July 2012
Takut
Takutku pada janji manusia,
kerna manusia bisa berubah,
samada terpaksa jua rela,
lalu ku ditinggal terkontang,
terkapar di tengah lautan.
Takutku pada janji manusia,
kerna ku tak bisa menerka,
ada sesuatu balik kata manis,
ada imbalan buat si penjanji,
bertanam tebu di pinggir bibir.
Takutku pada janji manusia,
kerna manusia tak sempurna,
kudrat tak seberapa jua,
butuh sesuatu akhirnya.
Takutku pada janji manusia,
kerna ia bisa menipu,
justeru kupasrahkan hidup,
janji Dia yang ku cari,
kerna janjiNya pasti.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
kerna manusia bisa berubah,
samada terpaksa jua rela,
lalu ku ditinggal terkontang,
terkapar di tengah lautan.
Takutku pada janji manusia,
kerna ku tak bisa menerka,
ada sesuatu balik kata manis,
ada imbalan buat si penjanji,
bertanam tebu di pinggir bibir.
Takutku pada janji manusia,
kerna manusia tak sempurna,
kudrat tak seberapa jua,
butuh sesuatu akhirnya.
Takutku pada janji manusia,
kerna ia bisa menipu,
justeru kupasrahkan hidup,
janji Dia yang ku cari,
kerna janjiNya pasti.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Tuesday, 24 July 2012
Hanya Dia
Hanya Tuhan mengerti,
apa rasa ku tika ini,
rasa ingin menyorok,
lari daripada nyata,
kerna dunia nyata,
bikin jiwa luluh,
bikin semangat runtuh,
punah segala harapan,
tiada rasa gembira.
Hanya Tuhan mengerti,
ku diuji sebegini rupa,
adakah kifarah dosa?
adakah ujian bertali arus?
adakah kerna aku jahil?
adakah kerna aku terpilih?
ku tak bisa menerka,
maksud balik segala,
hikmah balik peristiwa,
hanya bergenang air mata.
Hanya Tuhan mengerti,
sendiri ku terasa tika ini,
seorang dirundung malang,
sendiri dilambung ombak,
seorang membelah badai,
apa mungkin terjadi,
lautan api bisa ku redah,
onak duri bisa ku harung,
sedang jiwa hancur luluh,
dimamah ulat cemburu,
dihimpit rasa bersalah,
diratah rasa kecewa.
Hanya Tuhan yang tahu,
sungguh ku berduka,
dalam sekelip mata,
segala berubah cerita,
tiada lagi pujian,
tinggal sumpah seranah,
punah segala harapan,
bak ditelan mati emak,
diluah mati bapa,
sungguh ku tak kuat.
Hanya Tuhan yang tahu,
betapa ku kesali apa terjadi,
betapa ku mengharap,
bisa undur kembali detik,
namun ku sedar,
tiap terjadi sudah terjadi,
tiada guna berduka,
tiada guna meratap,
hanya terus berjalan,
semoga nanti ku bahagia.
Hanya Tuhan yang tahu...
Hanya Tuhan yang tahu...
Hanya Tuhan yang tahu...
nukilan;
Cenderawasih Hijau
apa rasa ku tika ini,
rasa ingin menyorok,
lari daripada nyata,
kerna dunia nyata,
bikin jiwa luluh,
bikin semangat runtuh,
punah segala harapan,
tiada rasa gembira.
Hanya Tuhan mengerti,
ku diuji sebegini rupa,
adakah kifarah dosa?
adakah ujian bertali arus?
adakah kerna aku jahil?
adakah kerna aku terpilih?
ku tak bisa menerka,
maksud balik segala,
hikmah balik peristiwa,
hanya bergenang air mata.
Hanya Tuhan mengerti,
sendiri ku terasa tika ini,
seorang dirundung malang,
sendiri dilambung ombak,
seorang membelah badai,
apa mungkin terjadi,
lautan api bisa ku redah,
onak duri bisa ku harung,
sedang jiwa hancur luluh,
dimamah ulat cemburu,
dihimpit rasa bersalah,
diratah rasa kecewa.
Hanya Tuhan yang tahu,
sungguh ku berduka,
dalam sekelip mata,
segala berubah cerita,
tiada lagi pujian,
tinggal sumpah seranah,
punah segala harapan,
bak ditelan mati emak,
diluah mati bapa,
sungguh ku tak kuat.
Hanya Tuhan yang tahu,
betapa ku kesali apa terjadi,
betapa ku mengharap,
bisa undur kembali detik,
namun ku sedar,
tiap terjadi sudah terjadi,
tiada guna berduka,
tiada guna meratap,
hanya terus berjalan,
semoga nanti ku bahagia.
Hanya Tuhan yang tahu...
Hanya Tuhan yang tahu...
Hanya Tuhan yang tahu...
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Friday, 20 July 2012
BULAN MULIA
Dikau tiba bawa rahmat,
buka seluasnya pintu barakah,
sedang insan berbondong,
sambut rai kehadiranmu,
syahdu nian diiring doa.
Ada pandang enteng,
bak kau bukan apa,
kerna tak berhati,
kerna tak merasa,
kaulah bulan pengampunan,
kaulah bulan keberkatan,
kaulah bulan segala bulan.
Daku juga manusia,
terkadang daku alpa,
dikau ku pandang sepi,
namun ku mencuba,
kerna tiada kepastian,
bisa bertemu semula.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Subscribe to:
Posts (Atom)