Terkadang aku keliru,
dengan rasa ingin diri,
meraba dalam gelap,
cari sinar pengharapan,
di daerah kelabu ini.
Terkadang aku kesali,
lemah disulam ujian,
bangga dek pujian,
roda hidup berputar,
bikin jiwa hidup,
jua pudar semangat.
Kita melihat dunia,
guna kaca mata sendiri,
ukuran beza tiap insan,
buat daku bingung,
tercari neraca seimbang.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Friday, 30 March 2012
Tuesday, 27 March 2012
TAWA TANGIS
Kulihat anak berlarian,
gelak tawa mengisi,
senyum terukir mesra,
tiada risau jua pilu,
hidup terasa indah,
buat hatiku riang.
Nun di sana,
tangis ibarat tawa,
isi ruang tika,
si kecil meratap hiba,
ayah pergi buat selama,
sedang si ibu diseksa,
tangis peneman setia,
bikin hatiku rawan.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
gelak tawa mengisi,
senyum terukir mesra,
tiada risau jua pilu,
hidup terasa indah,
buat hatiku riang.
Nun di sana,
tangis ibarat tawa,
isi ruang tika,
si kecil meratap hiba,
ayah pergi buat selama,
sedang si ibu diseksa,
tangis peneman setia,
bikin hatiku rawan.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Monday, 26 March 2012
ONAK
Terkadang tak bisa kubaca,
apa fikirmu fikrahmu,
kerna tak bisa meneka,
tak bisa fahami,
apa mahumu sukamu.
Ku jua manusia,
silap merata khilaf bertimbun,
terkadang ku keliru,
mana intan mana permata,
ke kiri atau ke kanan,
seringkali terpesong tersasar.
Namun ku minta erti,
ku punya jiwa punya rasa,
walau sering kupendam,
luahan bikin putusan,
jelekmu melihatku,
kerna itu kupohon maaf.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
apa fikirmu fikrahmu,
kerna tak bisa meneka,
tak bisa fahami,
apa mahumu sukamu.
Ku jua manusia,
silap merata khilaf bertimbun,
terkadang ku keliru,
mana intan mana permata,
ke kiri atau ke kanan,
seringkali terpesong tersasar.
Namun ku minta erti,
ku punya jiwa punya rasa,
walau sering kupendam,
luahan bikin putusan,
jelekmu melihatku,
kerna itu kupohon maaf.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Tuesday, 20 March 2012
KEPASTIAN
Terkadang dunia,
tak seperti mahuku,
segala angan mimpi,
tak seindah nyata,
tak semudah sangka,
sedang takdir kusalahi,
khilaf diri dikesal amat.
Sedang hati terbelenggu,
nafsu minta dilepas,
segala mahu dipenuhi,
aku bertanya diri,
sampai kapankah ini?
di mana redha?
ke mana syukur?
rakus dunia dihirup,
sedang ia tak kesudahan,
di sana menanti pasti,
kepastian tak bisa disangkal.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
tak seperti mahuku,
segala angan mimpi,
tak seindah nyata,
tak semudah sangka,
sedang takdir kusalahi,
khilaf diri dikesal amat.
Sedang hati terbelenggu,
nafsu minta dilepas,
segala mahu dipenuhi,
aku bertanya diri,
sampai kapankah ini?
di mana redha?
ke mana syukur?
rakus dunia dihirup,
sedang ia tak kesudahan,
di sana menanti pasti,
kepastian tak bisa disangkal.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Sunday, 18 March 2012
AMAN
Tika keliling hijau,
desir angin membelai,
jiwa rasa hidup,
sepi menyusur pergi,
masa seakan henti,
bayang di muka air,
bikin rawan hilang.
Sayup mata pandang,
wajah redup penuh erti,
tak bisa baca,
apa di minda,
namun ku bahagia,
kenali insan sepertimu.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
desir angin membelai,
jiwa rasa hidup,
sepi menyusur pergi,
masa seakan henti,
bayang di muka air,
bikin rawan hilang.
Sayup mata pandang,
wajah redup penuh erti,
tak bisa baca,
apa di minda,
namun ku bahagia,
kenali insan sepertimu.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Monday, 5 March 2012
SAKSI
Mata ini jadi saksi,
merah darah bukan lakonan,
butir peluru bukan omongan,
sungguh mataku tak buta.
Telinga ini jadi saksi,
rintih pilu mereka,
hilang saudara hilang segala,
tangis esak dimamah sepi,
sungguh telingaku tak pekak.
Hati ini jadi saksi,
kepiluan melanda,
saat si anak di pangkuan ayah,
tawa tak bisa kedengaran,
diam sepi sekelip mata,
tangis si ayah tak kesudahan.
Jiwa ini jadi saksi,
rasa amarah bergetar,
kerna penindasan tak berhati,
sejarah kezaliman terlakar,
mereka si polan jadi pelakon,
di pentas bersulam nestapa,
sedang saentero dunia menyaksi.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
merah darah bukan lakonan,
butir peluru bukan omongan,
sungguh mataku tak buta.
Telinga ini jadi saksi,
rintih pilu mereka,
hilang saudara hilang segala,
tangis esak dimamah sepi,
sungguh telingaku tak pekak.
Hati ini jadi saksi,
kepiluan melanda,
saat si anak di pangkuan ayah,
tawa tak bisa kedengaran,
diam sepi sekelip mata,
tangis si ayah tak kesudahan.
Jiwa ini jadi saksi,
rasa amarah bergetar,
kerna penindasan tak berhati,
sejarah kezaliman terlakar,
mereka si polan jadi pelakon,
di pentas bersulam nestapa,
sedang saentero dunia menyaksi.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Friday, 2 March 2012
TEGAR
Tegar daku dengar katamu,
bukan ku tak punya rasa,
namun ku pasrah,
jua kerna ada khilafku,
tak bisa penuhi mahumu.
Tegar daku bukan kerna sombong,
bukan ku pandang enteng,
ku jua bermuram durja,
membelek buku lamaku,
cuba melakar episod baru.
Tegar daku bukan kerna biasa,
terkadang ku tak bisa terima,
dirimu ku pandang sepi,
namun ku sedar siapa daku,
kerna itu ku mencuba,
kerna itu ku tegar.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
bukan ku tak punya rasa,
namun ku pasrah,
jua kerna ada khilafku,
tak bisa penuhi mahumu.
Tegar daku bukan kerna sombong,
bukan ku pandang enteng,
ku jua bermuram durja,
membelek buku lamaku,
cuba melakar episod baru.
Tegar daku bukan kerna biasa,
terkadang ku tak bisa terima,
dirimu ku pandang sepi,
namun ku sedar siapa daku,
kerna itu ku mencuba,
kerna itu ku tegar.
nukilan;
Cenderawasih Hijau
Subscribe to:
Posts (Atom)